persembahanku..

semua berawal dari keinginan yang sangat besar
untuk mengkekspresikan apa yang ada dipikiran,
di hati, lingkungan dan pengalaman diri melalui tulisan...


tulislah apa yg kau lihat..
tulislah apa yg kau rasa..
tulislah apa yg kau pikirkan..

karena dengan tulisan kau bisa merangkul isi
dunia jika kau tak mampu untuk berbicara lebih banyak..


talk less write more..!!

Senin, 20 Desember 2010

Amerika, "seperti Menjilat Air Ludah Kembali"

sumber : balistta.blogspot.com
Publik / masyarakat dunia akhir Nofember lalu sentak terkejut ketika Media-media mengangkat berita terkuak sebuah fakta yang cukup mencengangkan dan membuka mata publik seluruh dunia tentang sebuah kebenaran yang terselubung. Yaitu situs WikiLeaks yang menebar sensasi keseluruh pelosok dunia bahkan di Indonesia sekalipun isu yang ditiupkan oleh situs WikiLeaks ini menjadi topik yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan. Seperti yang telah kita ketahui Situs WikiLeaks ini telah membocorkan rahasia-rahasia penting berbagai Negara yang seharusnya itu hanya layak diketahui oleh Negara dan aparaturnya dan bukan untuk di konsumsi publik. Tetapi wikileaks mendapatkan fakta yang lain dari kenyataannya dan membeberkan semua itu melalui laman situsnya. Tak tanggung-tanggung dokumen rahasia yang diunggah adalah dokumen Negara Adikuasa Amerika Serikat yang jumlahnya lebih dari 250.00 dokumen. Alhasil pemerintah Negara Adikuasa kelabakan akan hal tersebut, dan menjadikan Julian Paul Assange selaku pendiri situs wikileaks sebagai DPO nomor satu Interpol, organisasi kepolisian internasional terbesar di dunia itu telah mengeluarkan red notice atau perintah penting terhadap Assange.
Selain dokumen rahasia dan penting Negara Adikuasa itu yang di kuak oleh situs Wikileaks ke publik, ada lagi dokumen atau rekaman percakapan yang menilai atau mempermalukan para pemimpin dunia. Misalnya menyebut Kanselir Jerman Angela Merkel sebagai sosok pemimpin yang emoh menghadapi risiko dan tak kreatif. Lalu keinginan Raja Arab Saudi Abdullah agar Amerika Serikat membombardir instalasi nuklir Iran dan olok-olok terhadap Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi, yang disebut-sebut doyan pesta. Sejatinya wikileaks beraksi bukan untuk pertama kali ini, sebelum membeberkan dokumen rahasia Amerika pada tanggal 28 November lalu yang akhirnya di blow up oleh media-media di seluruh dunia. Wikileaks juga pernah membeberkan beberapa fakta kebohongan beberapa negara lainya di dunia ini. Bagi mereka (wikileaks), pengungkapan itu menunjukkan bahwa sikap AS dan sekutu-sekutunya tidaklah seperti yang selalu muncul di publik.
Langkah Assange ini memang tergolong sangat berani dan sekaligus menjadikan ia sebagai pahlawan yang berani mengungkap kenyataan dibalik sebuah peristiwa. Dan juga langkahnya ini malah bisa menjadi boomerang bagi dirinya sendiri yang mungkin bisa mengakhiri karirnya di dunia Internet bahkan bisa merenggut dirinya sendiri. Karena langkah yang dilakukan Assange ini bisa jadi telah melanggar undang-undang intelijen negara itu. Sebab, isi dokumen itu mengungkap kerja diplomat Amerika dan penilaian rahasia terhadap pemimpin dunia. Tetapi dukungan kepada Assange pun pastinya tidak sedikit, mereka yang pro akan mati-matian membela sang Mr. Whistleblower ini. Memang berurusan dengan dunia IT, khususnya Internet ini susah-susah gampang menerapkan hukumnya. Amerika sendiri juga sulit untuk mengambil langkah yang tepat. Karena disaat mereka gencar mengampanyekan / mendeklarasikan diri sebagai pendukung utama kebebasan berpendapat. Dengan adanya kasus pembocoran kawat diplomatik oleh Wikileaks ini seakan mereka malah balik 180 derajat menentangnya.
Mungkin jika kita cermat, masih segar diingatan kita sesaat setelah dilantik sebagai presiden ke-44 AS, Obama berpidato panjang lebar soal kebebasan berpendapat. Termasuk, kebebasan menyampaikan pendapat atau informasi di internet. Maklum, ia banyak memanfaatkan internet semasa kampanye dulu. ”Semakin banyak informasi yang mengalir, semakin kuat sebuah masyarakat terbentuk,” kata obama.
Tak jauh berbeda dengan Kepala Negara, Ibu Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton dalam sebuah pidato juga pernah berkoar dengan hal yang sama dengan sang Kepala Negara. ”Bahkan di negara-negara otoriter sekalipun, jaringan informasi sangat diperlukan untuk membantu masyarakat menemukan fakta yang sesungguhnya. Hal tersebut juga akan membuat pemerintah menjadi lebih bisa dipercaya
Tapi, apa yang terjadi saat WikiLeaks memanfaatkan derasnya arus informasi dunia maya untuk mencari tahu soal aktivitas Washington, pemerintahan Obama justru berang. Hillary juga mengamuk. sepertinyanya, mereka sudah lupa pada pidato masing-masing soal kebebasan berpendapat. Dengan mudahnya, Washington malah menyalahkan Assange dan WikiLeaks.
Mungkin dari sisi hukum, Assange bisa dikenakan pasal-pasal yang bisa mengakibatkan ia masuk bui. Karena disini kita lihat Assange bukanlah seorang jurnalis, jadi dia tidak berhak mendapatkan perlindungan layaknya jurnalis, seperti tercatat pada UU Kebebasan Pers. Akan tetapi kembali lagi posisi Amerika bagaikan dilema. Karena disatu sisi mereka menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dilain sisi mereka sangat malu dan terpojok akan rahasia-rahsia yang telah terkuak tersebut. Ini merupakan perang kebebasan berpendapat terbesar saat ini. Kita akan segera melihat, apakah para pengguna internet masih bisa bebas menyebar informasi apa pun di dunia maya. Dan apakah kebebasan berpendapat dan berkomunikasi tersebut benar-benar bisa diterapkan sebagaiman mestinya...? Kita tunggu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar