persembahanku..

semua berawal dari keinginan yang sangat besar
untuk mengkekspresikan apa yang ada dipikiran,
di hati, lingkungan dan pengalaman diri melalui tulisan...


tulislah apa yg kau lihat..
tulislah apa yg kau rasa..
tulislah apa yg kau pikirkan..

karena dengan tulisan kau bisa merangkul isi
dunia jika kau tak mampu untuk berbicara lebih banyak..


talk less write more..!!

Kamis, 04 November 2010

LOYALITAS TANPA BATAS













sumber : c4mcoel.blogspot.com
secara umum loyalitas dapat diartikan dengan kesetiaan, pengabdian dan kepercayaan yang diberikan atau ditujukan kepada seseorang atau lembaga, yang didalamnya terdapat rasa cinta dan tanggung jawab untuk berusaha memberikan pelayanan dan perilaku yang terbaik (Rasimin,1988). Hal ini selaras dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) yang menyatakan bahwa loyalitas adalah kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan.
Mungkin tidak banyak orang yang mempunyai sifat loyal di zaman seperti sekarang ini. “Hari gini gitu Loh..?!” istilah itulah yang sering di pake untuk mengindahkan sifat loyal tersebut. Kalau ada yang lebih bagus dan menjamin kehidupan ngapain mesti susah-susah/loyal segala?? Memang tidak salah banyak diantara orang-orang yang berfikir seperti demikian. karena setiap orang pasti berorientasi kepada kesuksesan, kenikmatan, keindahan, kenyamanan dan hal-hal yang menyenangkan lainnya di dunia ini. Bahkan kalau bisa untuk meraih kenikmatan itu semua, segala hal dilakukan termasuk cara-cara instan atau melalui jalan pintas seperti rampok, korupsi, dsb. Karena itu semua sudah menjadi sifat dasar kita sebagai manusia, selalu mencari kenikmatan dan tak pernah puas dengan apa yang sudah di dapat. Melihat alasan yang seperti itu timbullah pertanyaan di benak kita, apakah ada di zaman yang seperti sekarang ini, dimana urusan ekonomi adalah sesuatu yang urgent ada orang yang masih setia dan loyal terhadap pekerjaannya, dan tidak mempermasalahkan gaji?? Mari kita kaji lebih jauh lagi..

memang sulit dibayangkan kalau kita bekerja bukan memperhitungkan gaji, kita pasti melihat seberepa besar “kualitas dengan kuantitas” yang ada. Kita tentu tidak mau bahwa besar pasak dari pada tiang, dalam artian bahwa kita pasti melihat pekerjaan yang kita lakukan haruslah sebanding dengan gaji / award yang kita dapatkan setelahnya. Apabila telah sesuai antara pengorbanan dengan hasil yang diperoleh setelahnya itu barulah kebanyakan dari kita mempertimbangkan loyalitas. Namun tidak semua orang yang berpendapat dan berfikiran seperti diatas, ternyata masih ada orang yang mencintai pekerjaannya meski gaji yang di dapatkan dari pekerjaannya tersebut tidak mencukupi kebutuhannya, bahkan bisa di bilang jauh dari cukup. Akan tetapi mereka tetap mencintai pekerjaannya dan loyal menjalani semua. Abdi dalem misalnya, mereka sangat memegang teguh kepercayaan yang diberikan Sultan dan Kraton Jogja kepada mereka. Mereka sangat mencintai pekerjaannya dengan segenap jiwa dan raganya mereka mengemban tugas yang diberikan, penuh kesetian, tanggup jawab dan tentunya penuh loyalitas meski gaji yang di dapatkan dari pekerjaannya itu terbilang sangat minim. Mengapa bisa demikian?? Sebaiknya kita bahas dulu apa itu Abdi dalem..


Abdi Dalem berarti pengabdian terhadap kanjeng sinuwun yaitu abdinya Raja atau Ratu dan dapat diartikan sebagai kesetiaan terhadap Sultan sebagai Raja Keraton Yogyakarta (Afrianto, 2002 : 39). Menurut Morisson (2002 : 186), Abdi Dalem mempunyai pengertian : pegawai Keraton yang mengenakan pakaian tradisional Jawa yang bertugas menjaga dan merawat kompleks Keraton (bangunan, ruangan, ukiran, tanaman, atau apapun yang terdapat didalam kompleks Keraton yang penuh makna, perlambang, simbol, termasuk tradisi dan budaya Jawa).           sumber : antobilang.wordpress.com

Secara umum Abdi Dalem adalah : kelompok sosial yang berada dilapis ketiga yang terdiri dari mereka yang bekerja pada administrasi Kasultanan maupun pemerintahan.
Bilamana kharismatik Kesultanan dan Keraton masih tinggi, profesi abdi dalem dijalani oleh masyarakat sebagai pekerjaan impian. walaupun mereka tidak mendapatkan kompensasi finansial apapun dari pekerjaan ini. Pekerjaan Abdi dalem ini dilakukan semata-mata untuk ikut mendapat keberkahan dari wahyu para raja (yang mereka yakini) keturunan dewata. Menjadi Abdi Dalem merupakan sebuah kebanggaan untuk rakyat Yogyakarta sejak dulu, karena semakin dekat dengan Keraton, semakin berharap bisa mendapat keberkahan.
Modal utama menjadi Abdi dalem adalah ketulusan, kesetiaan, dan tanggung jawab. Kenapa? Karena ada satu tahap dimana Abdi Dalem tidak dibayar sepeser pun. Oleh sebab itu bagi mereka mengabdi pada keraton saja sudah merupakan kehormatan besar bagi mereka. Lalu pertanyaan yang timbul di benak kita pastilah apakah benar pekerjaan abdi dalem itu ada barokahnya? Secara, mereka tidak di beri imbalan sepersen pun seperti yang kita bahas diatas? percaya atau tidak menurut mereka berkah itu benar-benar mereka terima/dapat. Kenyataannya mereka semua juga punya anak dan bisa bersekolah. Tapi memang mereka tidak cuma duduk diam nganggur, mereka semua punya pekerjaan sampingan seperti berternak, dagang, dll. Abdi Dalem sendiri terdiri dari beberapa macam tergantung jenis pekerjaannya. Akan tetapi pada tulisan kali ini kita akan membahas pengorbanan abdi dalem kraton jogja yang baru saja menunjukan loyalitasnya terhadap pekerjaan meski merenggut nyawanya. Yaitu juri kunci Gunung merapi mbah maridjan.

sumber : kaskus.us

Pasti kita semua telah tahu cerita tentang mbah maridjan dari media-media massa yang akhir-akhir ini santer memberitakan kondisi seputar Gunung merapi yang memang lagi bergejolak. Profesi abdi dalem yang telah kita ketahui diatas, yang mana mereka sangat menjunjung tinggi kepercayaan dan tugas yang diberikan Sultan dan keraton dengan penuh tanggung jawab sampai ajal merenggutnya itu memang bukan hanya sekedar cerita atau isapan jempol belaka.

Mbah maridjan telah membuktikan kepada kita semua, bagaimana caranya setia dan loyal terhadap tugas yang diembankan kepadanya. Dengan segenap jiwa dan raganya selama berpuluh-puluh tahun ia menjaga merapi dengan ikhlas dan tanpa mengharapkan apa-apa telah ia lakukan hingga ajal menjemput dirinya. 


Disaat orang telah diungsikan ke tempat yang lebih aman pada waktu merapi bergejolak, mbah maridjan tetap teguh pendirian untuk bertahan di rumahnya. Hingga rombongan wedhus gembel atau awan panas bersuhu lebih dari 600 derajat celcius menerpa wilayah kediaman nya yang mengakibatkan semua yang diterpa meleleh seketika, sedikitpun tidak menyiutkan nyali si mbah. Ia tetap mempertahankan rasa tanggung jawab dan kesetian terhadap tugasnya, yang terlihat pada saat ditemukan jasad mbah maridjan sedang sujud. Hal ini mungkin bisa kita simpulan bahwa, pada saat wedhus gembel menyerang mbah maridjan tetap teguh pendirian untuk bertahan, dan ia pun pasrah kepada Illahi atas apa yang akan terjadi pada dirinya. 
 


Pengabdian mbah maridjan menjadi bukti kepada kita semua bahwa di dunia ini, tidak semua hal dapat terbeli dengan uang. Semua pekerjaan jika berasal dari niat tulus didalam hati untuk mengabdi maka sebenarnya mereka mendapat hal yang lebih dari sekedar gaji yang mereka terima tiap bulan. Mungkin inilah keberkahan yang di maksud dari pekerjaan menjadi abdi dalem tersebut, meski tidak mendapatkan kekayaan harta tetapi memiliki kekayaan jiwa.
sumber : indonesianvoices.com                 Selamat jalan mbah maridjan, pengorbananmu telah menjadi pelajaran berharga bagi kami semua. Semoga jiwamu tenang di sana.Amiiin...


sumber : portalnesia.com

specially Tribute to : Mbah Maridjan n all Merapi Victim’s Godbless u all...

IPTEK vs ALAM














 Sumber : flickr.com

Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, banyak terdapat gunung-gunung berapi yang setiap saat bisa meletus yang mengakibatkan bencana alam. Selain itu indonesia sebagai negara kepulauan juga diapit dua samudera dan dua benua dan ditambah lagi dengan dilewatinya Indonesia oleh Cincin Api (ring of fire) menyebabkan Indonesia menjadi rawan akan terjadinya bencana alam

Sudah sama-sama kita ketahui Beberapa tahun belakangan ini tidak sedikit rentetan bencana alam terjadi di Indonesia, yang semuanya itu tidak ada yang tahu entah sampai kapan berakhirnya. Baru kemarin rasanya dunia diguncang oleh tangisan korban gempa bumi dan tsunami di Aceh yang mengakibatkan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit, kali ini bencana seakan silih berganti datang ke bumi pertiwi ini. Terhitung tak lebih dari sebulan rentetan bencana besar terjadi di pelosok negeri ini. Hanya pada bulan oktober 2010 sudah terhitung terjadi tiga bencana besar di negeri ini, mulai banjir bandang Wasior, gempa bumi dan tsunami di kep. Mentawai, dan meletusnya gunung merapi di Jogja dan sekitarnya. Memang sejak dahulu dalam sejarah bangsa Indonesia, kehidupannya banyak diisi dengan tragedi-tragedi kemanusiaan yang diakibatkan oleh bencana alam, baik terjadi karena faktor alam, kelalaian dan ketamakkan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada.

Dari setiap bencana yang telah terjadi di negeri ini terlihat pemerintah seakan lambat, tidak tanggap dan kurang cepat bereaksi dalam penanggulangan bencana, bahkan cenderung terlihat menelantarkan para korban bencana. Adapula masalah pengungsian yang tidak terkoordinasi dengan baik dan terlihat sangat berantakan manajemennya, sehingga masyarakat menjadi bingung untuk kemana mencari bantuan dengan cepat tanpa berbelit-belit seperti yang terjadi saat ini

Hal seperti dapat dilihat, setiap bencana yang terjadi di indonesia selalu banyak menelan korban jiwa. Yang baru saja kita ketshui bahwa gempa dan tsunami yang terjadi di kepulauan mentawai yang memakan ratusan korban jiwa, sebenarnya lima menit setelah gempa terjadi pemerintah setempat telah mengeluarkan bahwa akan adanya ancaman tsunami, namun tidak lama kemudian kebijakan tersebut di cabut alhasil koraban jiwa tidak dapat dielakkan. Dan jumlahnya pun tidak sedikit. Kejadian serupa juga terjadi di merapi, ketika gunung yang teraktif di dunia itu kian bergejolak. Pemerintah juga tidak dapat menghindari jatuhnya korban jiwa, padahal pantauan terhadap gunung merapi tersebut boleh di bilang cukup akurat
Melihat hal seperti ini sebenarnya apa yang salah?? Apakah pemerintah yang benar-benar lalai dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana? Masyarakat yang keras kepala? Ataukah kurangnya koordinasi di lapangan antara pemerintah dan masyarakat sendiri?
Memang untuk mencari akar permasalahan tersebut cukup rumit, karena semuanya InsyaAllah telah berjalan sebagaimana adanya. Pemerintah telah menjalankan tugasya dengan baik melalui prosedur-prosedur yang sesuai sebagaimana mestinya. Dan masyarakat juga telah mendengar himbauan pemerintah dengan baik pula. Cuma kondisinya sekarang kita berhadapan dengan alam. Sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi pada alam, karena semuanya yang mengatur adalah Sang Pencipta dan itu sudah menjadi rahasia Nya. Manusia mungkin bisa memprediksi, tetapi ketetapan tetap ada pada Sang Pencipta.

Sebagaimana kita ketahui bahwa tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan pemeritah setempat telah berupaya memberi informasi dan bantuan terhadap korban bencana dengan baik, akan tetapi kekuatan alam melampaui teknologi manusia. Contohnya saja nasib
para korban bencana alam tsunami di mentawai, yang berhari-hari terkatung-katung karena bala bantuan yang menuju ke lokasi tak kunjung datang karena terkendala faktor cuaca yang mengakibatkan penanggulangn korban bencana berjalan dengan lambat dan korban pun terlantar. Padahal teknologi transportasi yang dimiliki untuk mencapai daerah bencana tersebut sudah cukup canggih dan memadai, akan tetapi faktor alamlah yang menentukan. Sama halnya dengan kep. Mentawai, korban bencana meletusnya gunung merapi yang ada di pengungsian juga tak berbeda. Disaat pemerintah telah menginformasikan kepada masyarakat akan posisi yang aman dari jangkauan awan panas, tetapi prediksi tersebut langsung di patahkan oleh kondisi merapi yang terus bergejolak dan memuntahkan awan panas yang lebih besar. Sehingga jangkauannya pun lebih jauh, yang mengakibatkan tempat pengungsian yang semula dianggap aman berubah status menjadi tidak aman.

Memang kekuatan alam sulit untuk kita prediksi, seberapapun canggihnya informasi dan teknologi manusia untuk menganalisis, memprediksi, dan mencegahnya. kekuatan alam melalui kekuasaan SangPencipta lebih tinggi dari itu semua. Kita mungkin hanya  bisa berharap untuk kedepannya semoga penanggulangan terhadap bencana berjalan dengan baik, sehingga korban jiwa yang ada dapat di minaimalisir dan semoga rentetan musibah di negeri ini cepat berakhir..
Semoga...

Belum Kering Luka Lama, Luka Baru pun Datang

Bencana seakan tak pernah berhenti datang di bumi pertiwi ini, silih berganti datang dan pergi tanpa ada yang bisa memprediksi. Ya, memang semua itu adalah rahasia Illahi, tidak ada yang dapat mencegah jika yang Diatas sudah berkehendak. Sudah berapa banyak musibah atau bencana alam yang telah terjadi di bumi pertiwi ini dan  tidak sedikit pula yang menelan korban jiwa maupun harta benda. Boleh kita flashback sedikit, mulai gempa di bengkulu, jogjakarta, gempa dan tsunami di Aceh, di Padang dan bencana alam banjir bandang, longsor, angin puting beliung, dll yang terjadi di daerah-daerah lainnya di Indonesia seakan tidak pernah habis dan selalu memberikan cerita dan kisah pilu pada akhirnya.  
 sumber : blogneforfree.blogspot.com
Belum kering luka lama, luka baru pun datang... perumpamaan itulah yang terjadi di negeri kita saat ini. Rasanya baru kemarin raungan tangisan menyertai saudara-saudara kita yang hilang, tertimbun reruntuhan bangunan, dan bahkan tak sedikit yang telah meninggal dunia akibat gempa yang terjadi di berbagai daerah di Tanah air kita ini. Dan sekarang kita juga harus mengelus dada akibat bencana yang terus dan terus terjadi.
Kali ini episode baru bencana alam pun sama-sama kita rasakan, hanya beberapa hari dari musibah / bencana alam banjir bandang di Wasior-Papua Barat yang menelan korban jiwa ratusan orang, bencana alam lain pun terjadi di bahagian Indonesia wilayah barat. Gempa berkekuatan 7,2 skala reichter mengguncang kepulauan mentawai Sumatera Barat, gempa tersebut juga menimbulkan tsunami yang merenggut tidak sedikit jumlah korban jiwa. Ratusan korban jiwa meninggal dunia ditemukan, dan ratusan lainnya di kabarkan hilang. Dan tidak menutup kemungkinan jumlah korban yang meninggal dunia bertambah. Tidak hanya sampai disitu, alam kembali menunjukkan kemarahannya.
Air mata kembali jatuh, Hanya sehari setelah gempa dan tsunami yang mengguncang kepulauan mentawai Sumatera Barat, kali ini bencana  terjadi di bagian wilayah tengah Indonesia yaitu Jogjakarta dan sekitarnya. Gunung merapi yang di sinyalir gunung yang paling aktif di dunia ini memuntahkan isi perutnya dan material bersama wedhus gembel atau awan panas. Meski sudah ada peringatan dari pemerintah setempat tetapi korban jiwa tetap ada yang berjatuhan. Selain itu korban luka dan kerugian materi juga tidak sedikit.
sumber : rovicky.wordpress.com
Sebelumnya di ibukota pun tak luput dari keresahan dan kesedihan masyarakatnya akibat musibah. Seperti yang sudah-sudah, Jakarta selalu akrab dengan banjir. Namun kali ini efek banjir luar biasa bagi masyarakat ibukota. Hampir diseluruh wilayah DKI Jakarta tergenang banjir. Yang mengakibatkan kemacetan luar biasa di sejumlah titik, tidak tanggung-tanggung kemacetan terjadi belasan jam. Boleh dikatakan jakarta lumpuh pada saat itu.
          
sumber : h4ppyhour.blogspot.com
Kondisi yang sangat miris dan memprihatinkan ini bukan hanya di derita oleh mereka-mereka yang di timpa musibah saja, akan tetapi ini sudah  menjadi duka dan derita bersama. Duka Indonesia, derita Indonesia. Tidak sampai dari sebulan, rentetan musibah yang terjadi di bumi pertiwi ini sangatlah beragam dan memakan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit pula.
Harus sampai kapan ini semua terjadi, derita dan duka tak pernah berenti sejenak untuk memberi nafas kehidupan kepada bumi pertiwi yang kita cintai ini. Duka lara, jeritan pilu, isak tangis, dan tetesan air mata yang jatuh ke tanah entah sampai kapan ini semua kan berakhir? Kepada siapa kita harus bertanya apa yang sebenarnya terjadi, dan kepada siapa kita harus minta pertanggung jawaban?? Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang

Saat ini tidak semestinya kita mengkambing hitamkan personal atau lembaga yang harus bertanggung jawab atas semua rentetan bencana yang terjadi di bumi pertiwi ini. saatnya setiap individu-individu mampu introspeksi diri, sudah sejauh mana kita peduli terhadap alam? Dan seberapa besar ke pedulian kita tersebut terhadap alam? Memang tidak sedikit awal dari timbulnya bencana adalah karena faktor tangan manusia itu sendiri. Alam yang sejatinya adalah teman untuk kita hidup di bumi ini, yang harus dijaga kelestarian dan keseimbangan nya. Malah kita rusak dan di eksploitasi secara besar-besaran. 

sumber : takalar.ning.com
Demi hanya untuk kepentingan ekonomi dan kenikmatan hidup sesaat. Sifat rakus dan tamak manusia inilah yang menyebabkan alam “kritis” dan keseimbangannya terganggu hingga muncullah bencana alam yang saat ini kita rasakan. Bagaimana pilu dan sedihnya ketika yang menjadi korban adalah orang tua kita, kerabat, anak, istri dan saudara-saudara yang kita sayangi..??


Harus nunggu bencana yang parah seperti apalagi membuat nafsu tamak dan rakus manusia berhenti untuk mengeksploitasi alam ini. Harusnya ini menjadi warning  bagi manusia semua, bahwa kita harus lebih menjaga dan melindungi alam tempat kita hidup, tempat kita bermain, dan tempat kita bercanda tawa dengan sesama.
Selain itu, sudah waktu nya kita lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Mungkin musibah yang terjadi selain faktor kecerobohan dan kesemena-mena an kita terhadap alam yang mengakibatkan alam murka, bisa jadi bencana yang terjadi adalah teguran atau peringatan dari Allah atas tingkah dan kelakuan kita yang lepas kontrol jauh dari norma-norma yang ada. Ini mungkin hanya sekedar peringatan, tetapi efek derita dan kepiluan yang kita rasakan sangat sumber : chintamy.wordpress.com
 dalam. Apa jadinya apabila Sang Pencipta ini benar-benar muak dan murka?naudzubillahi min dzalik..
 
 




sumber : widytaurus.wordpress.com
Saatnyalah kita peduli terhadap sesama, peduli terhadap diri sendiri, peduli terhadap alam lingkungan kita, dan selalu ingat akan kuasa Illahi agar kita hidup di bumi ini penuh dengan kebahagian dan kedamaian. Semoga dengan rentetan musibah yang terjadi di bumi pertiwi ini menjadikan kita sadar dan terbangun dari sifat-sifat yang membuat kita “lalai / lupa” akan kewajiban manusia sebenarnya di dunia ini, yaitu sebagai khalifah atau pemimpin. Dengan memulai dari diri sendiri semoga kita semua dapat meminimalisir kesalahan yang bisa mengakibatkan bencana datang kembali di bumi pertiwi, dan dengan memperbaiki akhlak semoga kita semua bisa menjadi khalifah yang baik di planet bumi yang kita cintai ini. Ini adalah tanggung jawab seluruh manusia, sayangi alam kita, lindungi bumi kita...
SEKIAN..

Proses Komunikasi Massa















 Sumber : blog.its.ac.id


1. Model Proses Efek kuat 
Pandangan proses satu arah memperlihatkan gambaran yang sederhana di mana audiens berada pada posisi sebagai penerima pesan yang bersikap pasif. Awal mulanya komunikasi di mulai dari tingkatan souce / komunikator. Jika kita berbicara tentang komunikasi massa, maka source disini adalah media massa. Dimana disini dapat kita lihat bahwa terpaan pesan dari media sangat kuat yang bergerak secara linear / langsung  dari satu titik ke titik lain hingga sampai kepada audiens. Dinamakan model proses komunikasi massa efek kuat, karena pesan yang diterima audiens adalah langsung mengikuti garis lurus. Sehingga di ibaratkan bahwa audiens pasif terhadap apa yang di produksi oleh media

2. Model Efek Terbatas
Pada model efek terbatas ini, sebenarnya skema perpindahan pesan tersebut hampir sama dengan model efek kuat. Dimana prosesnya melalui garis lurus dari titik satu ke titik lainya. Akan tetapi disini kebalikannya dari efek kuat. Pada model efek kuat, proses komunikasi berawal dari source / komunikator/ media itu sendiri. Akan tetapi pada proses efek terbatas ini proses komunikasi massa yang terjadi bermula dari audiens. Dengan asumsi bahwa audiens aktif, dan bebas memilih media mana yang mereka ingini dan cocok sesuai kebutuhan audiens.

3.Model selektif Interaksional
Pada model proses selektif interaksional ini berpandangan bahwa proses komunikasi yang terjadi berlangsung dua arah. Ada pesan yang berasal dari source dan ada pesan yang bersumber dari receiver 

4. Model Proses One Step

Model proses one step ini hubunga media dengan audiens bersifat langsung tanpa melewati saluran atau chanel
5. Model Proses Two step
 
Model proses dua tahap memperlihatkan bahwa audiens media tidaklah hanya orang – orang yang pasif saja akan tetapi sudaha ada orang-orang yang berpengaruh dalam masyarakat yaitu influencer atau tokoh-tokoh masyarakat. Yang menentukan efek dari pesan tersebut bukan lagi media akan tetapi masyarakat melalui tokoh-tokoh di dalam masyarakat tersebut. Yaitu influncer yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses komunikasi tersebut.
6. Model Proses Multi Step
Pandangan proses banyak tahap memperlihatkan seolah audiens merupakan sejumlah besar anggota masyarakat yang kompleks dan yang di antara mereka berlangsung interaksi dan tidak saling terpisah, tak hanya berinteraksi dengan media (seperti dalam pandangan proses satu tahap).
Terpaan pesan dari media kepada audiens sejatinya sama, akan tetapi pada tingkat sesama audiens terdapat berbagai cara pandang yang berbeda satu sama lainnya, dan memungkinkan audiens untuk berinteraksi lagi sehingga proses pesan tersebut banyak tahapan lebih lanjutnya (multi step)

Selasa, 02 November 2010

Saatnya Menggagas Gerakan Melek Media

Keberadaan media dewasa ini memang sangat urgent dan memegang peranan penuh pada jalannya keseimbangan kehidupan antara masyarakat, pemerintah dan pihak lain yang ada dalam suatu negara. Bagaimana tidak, peran media yang sangat dibutuhkan pada era global seperti saat sekarang ini membuat media seolah seperti penerang di jalan yang gelap. Setiap orang apapun latar belakangnya tentu membutuhkan media untuk mendukung aktifitasnya. Dengan alasan seperti itu, tentunya media berubah menjadi sesuatu yang sifatnya umum, dan dinikmati oleh semua kalangan tanpa terkecuali. Sehingga muncullah sebutan yang kita dengar saat ini yaitu media massa. Mengkaji media massa tentunya sangat beragam dan luas yang bisa kita gali di dalamnya. Akan tetapi pada tulisan kali ini kita akan membahas content / isi media massa, sejauh mana kebenaran isi dari media massa tersebut terhadap fakta yang sebenarnya, atau bahkan adakah campur tangan / interfensi pihak lain terhadap isi dari media tersebut. Hal inilah yang kita angkat sebagai tema, yaitu saatnya menggagas gerakan melek media.Gerakan melek media (media literacy movement) merupakan perjuangan untuk memperkuat konsumen media. Di AS gerakan ini dicetuskan pertama kali pada tahun 1996. Salah satu penggagas gerakan ini adalah kritikus Robert McChesney. Menurut Canadian Assosiation for Media Literacy, media Literacy adalah sebuah usaha mengembangkan kesadaran seseorang untuk dapat membaca, menganalisis, mengevaluasi, dan memproduksi komunikasi melalui beragam media (cetak, televisi, komputer, dsb). Atau kemampuan memahami bagaimana media bekerja, bagaimana media memproduksi makna, bagaimana media diorganisasikan, serta bagaimana menggunakan media secara bijak.

 Sebagaimana kita ketahui  pada sebuah media baik itu sistem, organisasi, informasi yang disuguhkan sampai kepada modal tidak terlepas dari peran serta campur tangan pihak lain agar sebuah media tersebut tetap eksis. Dari sini dapat kita tarik benang merah apakah media massa yang ada itu bekerja secara idealisme pers mereka sebagaimana mestinya ataukah bekerja menurut yang punya kekuasaan saja (pemilik modal, penguasa, dll) dengan tujuan mengejar laba semata.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa media yang ada sekarang dikendalikan oleh persekutuan kekuatan ekonomi dan politik. Kekuatan ekonomi / bisnis dikendalikan oleh kaum kapitalis, dan kekuatan politik dikuasai oleh negara atau pemerintah. Sehingga publik sering sekali dirugikan. Oleh sebab itu publik harus segera disadarkan bahwa isi media adalah realitas semu (pseudoreality) yang direkonstruksi hasil konstelasi dan interplay antara berbagai kekuatan ekonomi dan politik melaului individu pekerja media, owner, pemasang iklan dan lain-lain.
Ada beberapa tingkatan media literacy
1.       Pertama, level manifacturing of meaning : memberi makna isi media secara lebih kritis. Selalu melihat konteks dan bertanya mengapa isi media demikian? Apakah fakta telah diungkap cukuo obyektif?
2.       Pemilihan item dan isi media yang akan dikonsumsi. Tidak hanya sekedar menikmati begitu saja akan tetapi sadar memilih sesuai kebutuhan.
3.       Pemilihan media. Media yang sering melakukan kesalahan jurnalislik (sengaja atau kecerobohan) isinya melecehkan nalar,dan itu harus dihindarkan.
Kualitas media dalam negara demokrasi yang masih rendah perlu dikontrol dengan kesadaran masyarakat media literacy tersebut tujuannya untuk memperbaiki sistem media massa di massa depan agar lebih baik.


Peran Media, Antara Informasi atau lahan komoditas.


Seiring dengan berkembangnya zaman, semakin kompleks dan bermacam pula kebutuhan 
hidup manusia.dan kebutuhan tersebut tentunya bermuatan ekonomi di dalamnya. Setiap sendi kehidupan selalu dikait – kaitkan dengan tujuan ekonomi, 
yaitu bagaimana mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya. 
Bahkan untuk memperoleh keuntungan ekonomi tersebut tak jarang adanya perubahan 
fungsi dari sebuah sistem. 
Contoh konkrit yang dapat kita lihat  pada peran media massa atau lembaga / insan pers di 
masyarakat saat ini. 
Tak hanya berperan sebagai pemberi informasi, belakangan output pers terhadap 
masuyarakat adalah sebagai fasilitator untuk urusan bisnis.
Media apa saja baik cetak, elektronik, bahkan online sekalipun merupakan suatu 
gagasan yang  jitu untuk mendapatkan keuntungan. Karena media massa saat ini adalah 
suatu jalur yang pantas untuk memulai bisnis. Bisnis apa saja asal menggandeng atau 
memanfaatkatn media massa dalam partner kerjanya maka bisnis tersebut akan lancar. 
Oleh sebab itu media massa pada saat ini bukan hanya sekedar pemberi informasi semata
tetapi juga media massa sebagai fasilitator untuk berbagai kepentingan lainya


Tak ada yang salah jika melihat kasus diatas, karena insan pers atau media massa sendiri 
bisa berjalan karena adanya faktor ekonomi di dalamnya. Terlepas dari pemikiran apakah 
ada pers yang ideal, yang berpegang teguh pada fungsi pers yaitu pemberi informasi, 
mendidik dan menghibur, untuk menjalankan itu semua tentunya membutuhkan modal. 
Dan modal itu sendiri diperoleh melalui iklan – iklan dan modal lainya. Tetapi perlu kita 
garis bawahi dan kita cermati sejauh mana peran modal / pemasukan keuntungan 
terhadap content / isi media. Tak jarang kita lihat ada media yang mengutamakan 
kepentingan meraih laba dari pada menjalankan fungsi pers nya, sehingga isi dari 
sebuah media tersebut tak obah nyasebagai lahan iklan dan promo. 
Iklan atau promo tidak asal masuk saja kepada sebuah media. 
Pihak pengiklan juga memperhatikan media tersebut apakah mempunyai audiens 
yang besar atau kecil, apabila mempunyai audiens yang besar maka disanalah iklan 
akan muncul. Disini dapat dilihat bahwa adanya hubungan antara media, 
iklan dan pasar itu sendiri yaitu pemirsa khalayak dari media tersebut.
Memang pengaruh pasar berperan besar pada kemajuan sebuah media. 
Pasarlah yang menentukan apakah sebuah media bisa bertahan atau tidak. 
Maka untuk mendapatkan pasar tersebut tak khayal jika antara media ada yang 
bersaing dan saling menunjukkan eksistensinya. maka dalam hal ini tak obahnya media 
berpaham liberal. Yang berpaham “free market” yaitu media memproduksi apa saja 
asalkan diterima oleh pasar.pasar yang dimaksud disini adalah audiens. 
Mereka menganggap bahwa masyarakatlah yang akan memilih produk media mana 
yang mereka sukai. Melihat seperti ini tentunya paham ini hanya mengacu kepada 
kuantitas saja, tapi bukan kualitas. Semua tampilan media didasari pertimbangan 
ekonomi belaka, bagus atau tidaknya kualitas acara tersebut untuk audiens tidak menjadi 
suatu permasalahan. Hal ini lah yang terjadi pada kebanyakan media saat ini, 
dimana mereka bersaing dan berlomba untuk memproduksi acara yang sama dengan 
media yang lainnya demi mendapatkan pasar. Akan tetapi sisi kualitas acara tersebut 
boleh dikatakan rendah untuk audiens.







Sebagai contoh acara-acara di tv seperti ; reality show, infotainment, music show, 
talk show dan sebagainya yang kebanyakan semua acara tersebut mempunyai 
isi yang sama hanya saja di kemas sedemikian rupa sehingga berbeda dengan tv yang lain. 
Tujuannya adalah untuk menunjukkan acara dari media mana yang benar – benar pantas 
dan diterima oleh pasar. Menilik kasus seperti ini, tak obahnya segala sesuatu yang ada pada 
media dapat dikomodifikasi (dijadikan barang dagangan). Ratting dan iklan yang didapat 
merupakan sesuatu yang dianggap kesuksesan da mempunyai nilai jual yang lebih. 
Tak hanya media tv saja yang bersaing untuk mendapatkan pasarnya., media cetak juga 
menggunakan beberapa cara untuk bersaing mendapatkan pasarnya, yang pada dasarnya 
teknik yang dipakai tak jauh berbeda dengan persaingan pada media tv. 
Jika pada media tv acuan keberhasilan mendapatkan pasar adalah ratting dan iklan, 
maka pada media cetak acuannya adalah oplah dan iklan.
Tentunya kalo dikaji lebih mendalam persaingan untuk mendapatkan pasar tersebut bukan hanya 
persaingan semata. Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi persaingan tersebut, d
an tentunya melihat segmentasi juga. Segmentasi dari sebuah media tentunya tidak selalu sama 
dengan segmentasi media yang lainnya. Segmentasi merupakan arah pencapaian pangsa pasar 
dari sebuah media. Mau dibawa media tentunya sudah ada kriteria – kriteria tertentu yang 
menjadikan ciri khusus dari media tersebut dalam memproduksi acara atau materi media 
mereka. Diantara kriteria segmentasi tersebut bisa berdasarkan jenis kelamin, usia, 
ingkat pendidikan, tingkat ekonomi, profesi, hobi, suku agama, bahkan ras sekalipun. 
Melalui beberapa elemen segmentasi inilah media akan mendapatkan pangsa pasarnya