persembahanku..

semua berawal dari keinginan yang sangat besar
untuk mengkekspresikan apa yang ada dipikiran,
di hati, lingkungan dan pengalaman diri melalui tulisan...


tulislah apa yg kau lihat..
tulislah apa yg kau rasa..
tulislah apa yg kau pikirkan..

karena dengan tulisan kau bisa merangkul isi
dunia jika kau tak mampu untuk berbicara lebih banyak..


talk less write more..!!

Kamis, 04 November 2010

LOYALITAS TANPA BATAS













sumber : c4mcoel.blogspot.com
secara umum loyalitas dapat diartikan dengan kesetiaan, pengabdian dan kepercayaan yang diberikan atau ditujukan kepada seseorang atau lembaga, yang didalamnya terdapat rasa cinta dan tanggung jawab untuk berusaha memberikan pelayanan dan perilaku yang terbaik (Rasimin,1988). Hal ini selaras dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) yang menyatakan bahwa loyalitas adalah kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan.
Mungkin tidak banyak orang yang mempunyai sifat loyal di zaman seperti sekarang ini. “Hari gini gitu Loh..?!” istilah itulah yang sering di pake untuk mengindahkan sifat loyal tersebut. Kalau ada yang lebih bagus dan menjamin kehidupan ngapain mesti susah-susah/loyal segala?? Memang tidak salah banyak diantara orang-orang yang berfikir seperti demikian. karena setiap orang pasti berorientasi kepada kesuksesan, kenikmatan, keindahan, kenyamanan dan hal-hal yang menyenangkan lainnya di dunia ini. Bahkan kalau bisa untuk meraih kenikmatan itu semua, segala hal dilakukan termasuk cara-cara instan atau melalui jalan pintas seperti rampok, korupsi, dsb. Karena itu semua sudah menjadi sifat dasar kita sebagai manusia, selalu mencari kenikmatan dan tak pernah puas dengan apa yang sudah di dapat. Melihat alasan yang seperti itu timbullah pertanyaan di benak kita, apakah ada di zaman yang seperti sekarang ini, dimana urusan ekonomi adalah sesuatu yang urgent ada orang yang masih setia dan loyal terhadap pekerjaannya, dan tidak mempermasalahkan gaji?? Mari kita kaji lebih jauh lagi..

memang sulit dibayangkan kalau kita bekerja bukan memperhitungkan gaji, kita pasti melihat seberepa besar “kualitas dengan kuantitas” yang ada. Kita tentu tidak mau bahwa besar pasak dari pada tiang, dalam artian bahwa kita pasti melihat pekerjaan yang kita lakukan haruslah sebanding dengan gaji / award yang kita dapatkan setelahnya. Apabila telah sesuai antara pengorbanan dengan hasil yang diperoleh setelahnya itu barulah kebanyakan dari kita mempertimbangkan loyalitas. Namun tidak semua orang yang berpendapat dan berfikiran seperti diatas, ternyata masih ada orang yang mencintai pekerjaannya meski gaji yang di dapatkan dari pekerjaannya tersebut tidak mencukupi kebutuhannya, bahkan bisa di bilang jauh dari cukup. Akan tetapi mereka tetap mencintai pekerjaannya dan loyal menjalani semua. Abdi dalem misalnya, mereka sangat memegang teguh kepercayaan yang diberikan Sultan dan Kraton Jogja kepada mereka. Mereka sangat mencintai pekerjaannya dengan segenap jiwa dan raganya mereka mengemban tugas yang diberikan, penuh kesetian, tanggup jawab dan tentunya penuh loyalitas meski gaji yang di dapatkan dari pekerjaannya itu terbilang sangat minim. Mengapa bisa demikian?? Sebaiknya kita bahas dulu apa itu Abdi dalem..


Abdi Dalem berarti pengabdian terhadap kanjeng sinuwun yaitu abdinya Raja atau Ratu dan dapat diartikan sebagai kesetiaan terhadap Sultan sebagai Raja Keraton Yogyakarta (Afrianto, 2002 : 39). Menurut Morisson (2002 : 186), Abdi Dalem mempunyai pengertian : pegawai Keraton yang mengenakan pakaian tradisional Jawa yang bertugas menjaga dan merawat kompleks Keraton (bangunan, ruangan, ukiran, tanaman, atau apapun yang terdapat didalam kompleks Keraton yang penuh makna, perlambang, simbol, termasuk tradisi dan budaya Jawa).           sumber : antobilang.wordpress.com

Secara umum Abdi Dalem adalah : kelompok sosial yang berada dilapis ketiga yang terdiri dari mereka yang bekerja pada administrasi Kasultanan maupun pemerintahan.
Bilamana kharismatik Kesultanan dan Keraton masih tinggi, profesi abdi dalem dijalani oleh masyarakat sebagai pekerjaan impian. walaupun mereka tidak mendapatkan kompensasi finansial apapun dari pekerjaan ini. Pekerjaan Abdi dalem ini dilakukan semata-mata untuk ikut mendapat keberkahan dari wahyu para raja (yang mereka yakini) keturunan dewata. Menjadi Abdi Dalem merupakan sebuah kebanggaan untuk rakyat Yogyakarta sejak dulu, karena semakin dekat dengan Keraton, semakin berharap bisa mendapat keberkahan.
Modal utama menjadi Abdi dalem adalah ketulusan, kesetiaan, dan tanggung jawab. Kenapa? Karena ada satu tahap dimana Abdi Dalem tidak dibayar sepeser pun. Oleh sebab itu bagi mereka mengabdi pada keraton saja sudah merupakan kehormatan besar bagi mereka. Lalu pertanyaan yang timbul di benak kita pastilah apakah benar pekerjaan abdi dalem itu ada barokahnya? Secara, mereka tidak di beri imbalan sepersen pun seperti yang kita bahas diatas? percaya atau tidak menurut mereka berkah itu benar-benar mereka terima/dapat. Kenyataannya mereka semua juga punya anak dan bisa bersekolah. Tapi memang mereka tidak cuma duduk diam nganggur, mereka semua punya pekerjaan sampingan seperti berternak, dagang, dll. Abdi Dalem sendiri terdiri dari beberapa macam tergantung jenis pekerjaannya. Akan tetapi pada tulisan kali ini kita akan membahas pengorbanan abdi dalem kraton jogja yang baru saja menunjukan loyalitasnya terhadap pekerjaan meski merenggut nyawanya. Yaitu juri kunci Gunung merapi mbah maridjan.

sumber : kaskus.us

Pasti kita semua telah tahu cerita tentang mbah maridjan dari media-media massa yang akhir-akhir ini santer memberitakan kondisi seputar Gunung merapi yang memang lagi bergejolak. Profesi abdi dalem yang telah kita ketahui diatas, yang mana mereka sangat menjunjung tinggi kepercayaan dan tugas yang diberikan Sultan dan keraton dengan penuh tanggung jawab sampai ajal merenggutnya itu memang bukan hanya sekedar cerita atau isapan jempol belaka.

Mbah maridjan telah membuktikan kepada kita semua, bagaimana caranya setia dan loyal terhadap tugas yang diembankan kepadanya. Dengan segenap jiwa dan raganya selama berpuluh-puluh tahun ia menjaga merapi dengan ikhlas dan tanpa mengharapkan apa-apa telah ia lakukan hingga ajal menjemput dirinya. 


Disaat orang telah diungsikan ke tempat yang lebih aman pada waktu merapi bergejolak, mbah maridjan tetap teguh pendirian untuk bertahan di rumahnya. Hingga rombongan wedhus gembel atau awan panas bersuhu lebih dari 600 derajat celcius menerpa wilayah kediaman nya yang mengakibatkan semua yang diterpa meleleh seketika, sedikitpun tidak menyiutkan nyali si mbah. Ia tetap mempertahankan rasa tanggung jawab dan kesetian terhadap tugasnya, yang terlihat pada saat ditemukan jasad mbah maridjan sedang sujud. Hal ini mungkin bisa kita simpulan bahwa, pada saat wedhus gembel menyerang mbah maridjan tetap teguh pendirian untuk bertahan, dan ia pun pasrah kepada Illahi atas apa yang akan terjadi pada dirinya. 
 


Pengabdian mbah maridjan menjadi bukti kepada kita semua bahwa di dunia ini, tidak semua hal dapat terbeli dengan uang. Semua pekerjaan jika berasal dari niat tulus didalam hati untuk mengabdi maka sebenarnya mereka mendapat hal yang lebih dari sekedar gaji yang mereka terima tiap bulan. Mungkin inilah keberkahan yang di maksud dari pekerjaan menjadi abdi dalem tersebut, meski tidak mendapatkan kekayaan harta tetapi memiliki kekayaan jiwa.
sumber : indonesianvoices.com                 Selamat jalan mbah maridjan, pengorbananmu telah menjadi pelajaran berharga bagi kami semua. Semoga jiwamu tenang di sana.Amiiin...


sumber : portalnesia.com

specially Tribute to : Mbah Maridjan n all Merapi Victim’s Godbless u all...

1 komentar:

  1. loyalitas adalah kualitas perasaan, dan perasaan tak selalu membutuhkan penjelasan rasiona (termasuk GAJI).
    kerenlah pokonya..

    BalasHapus